Sebuah kata “mandiri” apabila digambarkan dalam diri seorang mahasiswa, memiliki kesan buruk. Buruk apabila kita melihatnya dari sisi melalui jalur mana mahasiswa tersebut diterima di perguruan tinggi negri. Seorang mahasiswa akan dipandang sebelah mata apabila dirinya diterima di sebuah PTN melalui jalur mandiri. Mahasiswa yang diterima melalui jalur mandiri pasti dia bodoh, pasti dia bertindak curang dengan cara “membeli kursi” ; virus pengertian seperti itulah yang telah meracuni dan merajalela di otak sebagian manusia yang belum terbuka. Namun sayangnya sebagian besar otak semua manusia Indonesia ini pada kenyataan nya masih belum terbuka alias masih primitif. Manusia Indonesia yang saat ini sebenarnya hidup dalam kepura-puraan dan diselimuti oleh perasaan gengsi yang sangat besar...mereka rela hidup menderita membanting tulang agar dapat mengikuti trend dan modernisasi dunia yang semakin lama semakin menyiksa dengan alasan “gengsi dong kalau kita kudet alias kurang update!!, gengsi dong hari gini ga punya smartphone keluaran terbaru!!, gengsi dong kalau tidak gabung sama arisan ibu-ibu sosialita!!” hanya seputar masalah itu saja yang dipikirkan oleh sebagian besar manusia Indonesia jaman sekarang. Mereka tidak berusaha membenahi otaknya dengan berbagai gagasan dan wawasan agar mereka bisa berpikir modern dan terbuka. Percuma saja kehidupan mereka dikelilingi oleh berbagai macam perabotan modern namun otak mereka masih primitif. Pada nyatanya, sebagian besar manusia Indonesia masa kini telah termakan kerasnya jaman dan mereka tidak sadar bahwa mereka telah masuk terlalu dalam ke sebuah jaman yang disebut jamane jaman edan.
Mahasiswa “mandiri” harusnya mendapat apresiasi yang positif juga dari masyarakat karena hari gini sudah tidak berlaku yang namanya sogokmenyogok, membeli kursi, atau dia yang termasuk mahasiswa bodoh. Apabila mau nyogok atau membeli kursi ya siap saja martabat dan harga diri kalian jatuh karena adanya penolakan dari pihak kampus, dan sebenarnya tidak ada orang yang bodoh termasuk mahasiswa. Mahasiswa yang diterima PTN melalui jalur mandiri hanyalah dia yang mau berusaha dan berkomitmen pada dirinya sediri bahwa ini adalah jalur terakhir yang yang harus ditempuh apabila ingin masuk PTN dengan begitu dia harus belajar dengan sungguh, masalah ketrima ataupun tidak itu urusan belakang yang penting sekarang berusaha total. Yang perlu diingat adalah sebuah usaha tidak akan menghianati hasilnya.
Saya bisa menulis seperti diatas karena saya mengalaminya sendiri. Mengalami sakitnya mendengar cemooh orang yang tau bahwa saya masuk Unair melalui jalur mandiri, perihnya telinga saya mendengar orang meremehkan dan merendahkan saya dengan alasan yang sama. Jujur saya marah. Semua mahasiswa yang berada dalam posisi saya pasti juga marah dan kecewa, tapi tergantung bagaimana cara mereka menunjukan kemarahannya. Saya akan membungkam mulut mereka dengan hasil kerja keras saya. Saya akan membuat semua orang tua yang sombong kepada saya dan orang tua saya karena anaknya berhasil masuk PTN atau PTS melalui jalur prestasi menjadi ternganga dan berusaha menerima kenyataan bahwa saya lah mahasiswa “mandiri” yang telah berhasil lebih dulu membanggakan orang tua sendiri dengan penghasilan yang saya dapat dibanding anak mereka yang masih selalu bergantung dan merepotkan mereka. Karena itu tadi, saya yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil.
Akhir kata, aku memang mahasiswa “mandiri” tapi pada kenyataannya memang aku harus mandiri! Ingin kutunjukan kepada dunia terlebih kepada manusia indonesia bahwa marilah kita berpikiran terbuka, apresiasilah hasil usaha dari sesama kalian. Karena kalian tidak tahu bahwa orang yang telah dengan keji kau ludahi, nantinya justru dia lah yang akan datang menolongmu dari masa sengsaramu yang tak ada batasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar